Aku termangu memandang gambar yang baru saja selesai di hadapanku. Harus kujuduli apa gambar empat orang anak yang tengah berlari sambil membentangkan tangannya menirukan kepakan sayap kerumunan burung—yang, daripada tampak terusik, lebih terlihat seperti mengiringi keempatnya—di tengah padang poppy merah-putih itu?
Illustration Process of “Playing in The Rain”
Illustration ProcessI really adore Suzy Lee’s books. I love the simplicity and how her lines could be so lively. When I got a picture book project about rain, I was thrilled to dive into it.
Illustration Process of “Gleger”
Illustration Process“Gleger” (Ka-Boom!) is like a nostalgic story for me who grew up in a small village in East Java, Indonesia. I also played traditional bamboo cannon with my friends during my childhood. I wanted to create this nostalgic feeling and the nuance of a Javanese village in Indonesia.
Wawancara dengan Majalah Parlementaria
JournalAkhir tahun lalu, saya diwawancarai secara tertulis oleh Majalah Parlementaria terbitan DPR RI. Menurut saya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Parlementaria sangat menarik dan penting sehingga saya ingin membagikannya di sini. Saya menjawab pertanyaan-pertanyaan Parlementaria dalam empat lembar dokumen. Jawaban itu terlalu panjang sehingga redaksi harus memotongnya dalam artikel. Ini adalah versi lengkap wawancara tersebut. Semoga menghibur!
Catatan Akhir Tahun 2022: Mendengar Suara Tukang Daging di Riuhnya Pasar
JournalNa Willa: Gadis Cilik Bercerita Indonesia
Book ReviewTidak banyak penulis cerita anak Indonesia yang berhasil mencipta seorang tokoh (anak) kuat dan menjadi ingatan bersama dalam masa satu atau lebih generasi. Jejak sebagai bangsa yang lebih komunal dibanding individual menjelmakan jagat sastra anak lebih bertelekan pada peristiwa daripada ketokohan.
Membaca Nyanyian Sungai, Melihat Suara Angin | Ulasan buku In The Meadow oleh Yukiko Kato dan Komako Sakai
Book ReviewSejak melihat sampul buku In The Meadow di sebuah toko buku daring, saya tidak bisa melupakannya. Ilustrasi Komako Sakai begitu lembut dan mengundang, sampai saya tidak langsung sadar bahwa itu bukan buku yang ditulisnya sendiri.