Penerbitan buku ini adalah sebuah usaha untuk mendekati novel Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa yang ditulis oleh Y.B. Mangunwijaya dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1984. Tulisan-tulisan yang terangkum adalah hasil dari proses sinau bareng yang diinisiasi oleh Bilik Literasi Solo untuk merespons Biennale Jogja XVI 2021 yang salah satu bagiannya menampilkan potongan pemikiran Romo Mangun.
Bagi kami di Biennale Jogja, novel ini penting karena merekonstruksi perjumpaan kolonialisme dengan masyarakat lokal yang tinggal di wilayah Kepulauan Maluku Utara. Hal itu mengilustrasikan perjumpaan yang sama, antara yang mengkoloni dan dikoloni pada pelbagai wilayah di sepanjang arkipelago Indonesia Timur hingga Oceania. Ada ketegangan dan kecanggungan di sana. Ada rasa takjub sekaligus ketakutan yang muncul.
Novel Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa juga secara jenial membawa pembaca pada latar suasana di jazirah Maluku Utara pada abad ke-15 yang kosmopolit dan penuh dengan intrik politik antarkelompok. Di mana kesultanan lokal memanfaatkan kolonial Eropa untuk menggempur kerajaan tetangganya. Sementara itu, rakyat kecil mencari selamat sebisanya. Semua relasi itu digambarkan seperti sebuah rantai makanan: ikan-ikan yang lebih besar memakan ikan-ikan yang lebih kecil, tapi ikan-ikan kecil juga ternyata pandai bersiasat mengelabui ikan-ikan besar.
Melalui usaha pembacaan dari pelbagai sudut ini, novel Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa ditempatkan sebagai pintu masuk yang membawa pembaca ke mana saja: politik, bahasa, pangan, arsitektur, busana, seksualitas, simbol-simbol, hingga umpatan. Semua menghambur bebas penuh kemerdekaan sebagaimana anak-anak kecil di pesisir tropis yang tak dibebani oleh nilai-nilai untuk menafsir kisah-kisah yang diturunkan oleh nenek moyangnya.
Ayos Purwoaji